Kamis, Agustus 27, 2009

Penemuan Ribuan Uang Dinasti Ching di Pujon, Langkah Awal Membuka Sejarah





30 Maret 2009
HARI-hari ini menjadi waktu sibuk dan penting bagi Jauri dan Mistiana. Setelah menemukan ribuan keping uang logam yang diperkirakan peninggalan Dinasti Ching, pasangan suami istri asal Pujon Kidul itu dicari arkeolog. Setidaknya dari dua petani itu, peradaban Pujon di abad 18 silam bisa ditelusuri.

Suatu siang usai menemukan ribuan keping uang kuno, Jauri dan Mistiana mondar-mandir dari rumah ke kebun. Walau di guyur hujan, pasangan suami istri beranak empat itu baru saja mengantar arkeolog ke lokasi penemuan uang kuno.

Jauri dan Mistiana memang mendadak terkenal di Pujon Kidul. Sejak Kamis, pekan lalu, keduanya dicari banyak orang. Dari arkeolog, wartawan hingga pencari barang kuno mondar-mandir di rumah mereka. Tujuannya untuk menanyakan kisah penemuan ribuan uang logam kuno yang beratnya hingga 40 Kg itu.
Di tengah kesibukan mendera, kedua petani kubis itu tampak ikhlas. Mata mereka berbinar-binar saat mengantar arkeolog walau tak mengerti apa yang akan didapat dari uang logam kuno itu.

‘’Katanya ini diserahkan ke pemerintah, ya tidak apa-apa,’’ ucap Jauri sembari menatap ribuan uang kuno yang kini disimpan dalam dua karung plastik.

Dibalik keikhlasan itu, Jauri dan Mistiana sadar bahwa penemuan uang logam di areal peranian itu yang pertama kalinya terjadi di Pujon Kidul. Karena itu pula didatangi banyak orang.

Keduanya juga paham bahwa penemuan uang kuno itu tak boleh dirahasiakan. Bahkan ketika ditawari kolektor barang kuno, Jauri dan Mistiana bersikukuh tidak menjual. Alasannya harus dilaporkan agar diamankan pemerintah. Juga sekaligus untuk penelusuran sejarah tentang Pujon masa silam.

Arkeolog memang belum meneliti keterkaitan antara keberadaan ribuan uang kuno dengan kehidupan masa silam di Pujon. Tapi setidaknya, ada gambaran tentang kemakmuran di sekitar tahun 1700-an.

Widya Heri Setiawati, salah seorang arkeolog dari Batu yang sempat observasi awal penemuan mengakui, uang logam itu harus diteliti. Walau belum memastikan hasil penelitian, tapi menurut Widya, dinasti atau nama keluarga yang pada masa tertentu memiliki kuasa mencetak barang-barang khusus kalangan kerajaan. ‘’Sehingga barang hasil produksi memiliki nilai ekonomis tinggi,’’ tuturnya.

‘’Nanti Selasa atau Rabu mendatang, saya akan bawa ke laboratorium Trowulan untuk diteliti,’’ sambung alumnus jurusan arkeologi Universitas Udayana, Denpasar ini.

Dari observasi awal, terdapat sejumlah tulisan Cina. Diantaranya, kata Widya, terdapat tulisan, rebel t’ai dan pao, sedangkan dua karakter lainnya pudar. Selain itu, terdapat karakter tao kuang. Pada masa dinasti Ching, karakter tulisan itu biasanya ditemukan pada keramik.

Uang logam kuno pada abad 18, lanjut Widya, bukan sekadar alat transaksi. Tapi kata dia, lebih sebagai tanda penghargaan. Untuk mengetahui korelasi antara sistem perdagangan atau penghargaan masyarakat di tahun 1700-an, mesti ada penelitian.

Nah, darimana barang dengan nilai ekonomis tinggi pada kurun waktu 1700-an itu ada di Pujon, harus diteliti. Penemuan uang logam kuno itu adalah awal dari penelusuran peradaban silam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOmentar aNda

Template Design by prieto
ShoutMix chat widget